Libur Akhir Tahun
Libur t’lah tiba! Libur t’lah tiba!
Lagu anak tersebut kembali banyak melantun akhir-akhir ini. Ya, liburan akhir tahun yang ditunggu-tunggu. Dan untuk liburan kali ini, terasa sedikit berbeda dengan adanya aktivitas yang menunggu. Mulai dari jadwal liburan yang bertabrakan dengan rencana mudik keluarga—yang berarti tahun ini saya ada di rumah sendiri selama liburan; pelayanan melalui pementasan drama malam Natal; pementasan Teater Jum’at Malam di perayaan Natal Pemuda GKI Kayu Putih dan GKI Delima; serta rencana pementasan TJM di kebaktian akhir tahun.
Segudang kegiatan, segudang kesibukan! Akan tetapi tetap saja ada waktu-waktu kosong yang sudah selayaknya diisi. Hmm... merupakan suatu godaan tersendiri untuk hanya menghabiskannya dengan membaca buku (suatu kemewahan tersendiri di tengah-tengah kesibukan di hari kerja biasa). Masih ada setumpuk buku (dan beberapa megabyte e-books) yang belum dibaca. Sangat mengasyikkan untuk terjun dalam dunia pengetahuan yang disediakannya.
Akan tetapi, apakah dengan demikian berarti liburan ini memang akan menjadi liburan soliter? Sebaiknya tidak! Liburan juga merupakan kesempatan untuk kembali menyegarkan ikatan sosial dengan rekan-rekan yang lain. Kesempatan untuk kembali menjadi makhluk sosial dalam arti sesungguhnya. Ketika kadang pertemuan dengan teman-teman akhirnya banyak menjadi pertemuan dalam konteks “profesionalisme” rekan, liburan ini menjadi hari-hari dimana kita dapat lebih mengenal natur masing-masing.
Liburan yang baik adalah liburan yang dapat diisi dengan seimbang: kebutuhan untuk menikmati waktu sendiri—dan kebutuhan untuk kembali menjadi sosial.
Sudah banyak acara—baik yang dijalani sendiri maupun bersama—yang saya nikmati di liburan ini: membaca buku-buku yang selama ini teronggok, mempersiapkan acara Gereja, layar tancap bersama, wisata kota, atau bahkan hanya sekadar chit-chat dengan teman-teman.
Bagaimana kita menjalani liburan kita? Sederhana, namun merupakan gambaran kualitas hidup pribadi dan sosial kita.