Monday, June 11, 2007

Pesta Buku: Semoga Benar-Benar Pesta

Bulan ini IKAPI kembali menyelenggarakan pesta buku (seperti biasa, di Senayan). Kalau tahun-tahun lalu ini menjadi acara wajib, berhubung saat ini masih banyak buku menganggur belum selesai dibaca (salah satunya yang targetnya selesai akhir bulan ini: The World is Flat) karena konsentrasi sempat tercurahkan ke CISA, akhirnya saya tidak ke sana.

Akan tetapi dari info yang diperoleh dari teman-teman yang sempat kesana (malah ada yang memang tugas jaga stand disana), keadaan masih sama. Perubahan paling nyata adalah jumlah penerbit yang ikut serta dan jumlah transaksi yang lebih besar dibandingkan tahun lalu. Katanya jumlah pengunjung juga meningkat. Bagus. Jadi siapa bilang minat baca bangsa ini rendah. Paling tidak ada sebagian (kalaupun itu hanya sebagian kecil) yang memiliki minat baca.

Hanya saja ada satu hal yang sepertinya tidak berubah dari dulu. Pesta buku ini seakan-akan hanya menjadi sarana penerbit (dan toko buku) untuk semata-mata cuci gudang. Buku-buku yang dijual dengan diskon berarti biasanya adalah buku-buku terbitan lama (yang mungkin saja diobral karena tidak laku lagi, daripada terpaksa di­-scrap). Berbeda sekali dengan suasana pesta buku di luar sana, dimana pesta buku benar-benar menjadi sarana penerbit memanjakan pembaca dengan peluncuran buku baru, diskusi dan bedah buku, diskon yang benar-benar diskon (tidak semata cuci gudang), bahkan pembagian buku gratis (bahkan untuk acara seperti Comicon). Pesta buku disini masih terbatas pada ajang murah-murahan menjual buku lama begitu saja dibungkus dengan lokasi dan publikasi besar-besaran.

Daripada membuang uang untuk acara tahunan seperti ini, kenapa tidak ada usaha dari pemerintah dan lembaga terkait untuk menjadikan pesta buku sepanjang tahun saja: regulasi pajak yang dibebankan pada buku diperbaiki (sekarang masih terjadi praktek pajak berlapis untuk buku), kemudahan yang lebih lagi untuk penerbit baru, jaminan kebebasan pers dan penerbitan (bakar-membakar buku-buku? Dewasa sedikit lah), dan keran kebijakan impor buku yang dipermudah. Atau memang lebih baik selamanya begitu banyak pecinta buku baru dapat memuaskan minat bacanya melalui acara tahunan ini?

Jakarta International School

Last Saturday, I have myself visiting Jakarta International School in Cilandak. One word about the school: WOW! According to the staff I met there, the complex stood on an area of 34 hectares—an area with a really green environment thanks to the trees they have there, a very tidy area with some sports field, and nicely designed buildings. Not to forget those friendly staffs they have. And when I entered one of the classes, I find myself in a spacious room with an amphitheater. Looking around, I noticed the variety of books and teaching equipment they have in the class. What a stimulating environment to have yourself filled with education!

Departing from the school, I think a lot of Indonesian education. Remembering my elementary school back in Dumai and comparing it to this school; comparing the schools we have in many rural areas with the poorly built facilities versus this “dream-school”. If only every school in Indonesia can afford to be like this one, with those professionally trained staffs, I’m sure the face of Indonesia now won’t be so scarred.

It’s solemnly up to us whether to reason on condition or to look forward and heal those scars for a better future.

A Simple but Meaningful Touch

After these very hectic times, partly due to my preparation for the CISA Examination, I really miss the time to read and write again. The lack of update in my blog is a proof of it :).

And there it goes. Now that I’ve just finished the exam, there I find a chance to again enrich my knowledge by reading and enrich my mind by writing. How great it is that when I’m still thinking of what to write, what to argue, what I can give to this world, when sometimes I’m stuck with the idea of why do I have to spent my efforts to write anything, a figure I really respects asked me of why my blog is so static these days.

Bless, it is really a simple touch. But bless, I thank God that at least it shows me that my works to write are not in vain. It is really a spiritual booster to have such encouragement in these days, the days where I have the chance to do some writing again.

Yes, a simple and light touch can motivates others. Yes, a simple and light touch can change the world.